Disaat Hati Menjajahi Logika

Aku tw apa yang membuat negara Indonesia ini tidak pernah maju, setelah hampir 66 tahun merdeka masih saja menjadi negara berkembang. Hal ini terjadi karena pikiran individu masyarakat indonesia yang masih terjajah ; “gbs ngediriin perusahaan sendiri”, “gengsi klo ga pke barang impor”, “merasa negara lain lebih hebat, keren, dan gkan tertandingi”.

Sekarang aku merasa hatiku menjajahi logikaku: jd gbs berpikir jernih, gbs ngeliat ke depan, ngerasa gbs hidup tanpa dia, ngerasa takut saat melepas dia, ngerasa bingung saat sadar dia tak ada lagi disisiku, ngerasa gak rela klo suatu saat nanti ada wanita yang bersamanya, dan sampe akhirnya aku gmw hadepin kenyataan ini.

Aku sangat sadar, jika aku terus2an ngrasa terjajah hanya membuat aku menjadi terpuruk. Dengan terjajahnya logikaku hanya membuat hidupku  berada dalam mimpi. Sedangkan keterpurukanku itu gkan pernah bisa ngebuat dia berada disisiku lagi.

Gada yang bisa dilakuin oleh hati. Hati cuma membuat kita iba dan gakan pernah maju. Maka jangan pernah kau jajahi logikamu dengan hati, agar hidupmu lebih baik dan kejadian yg dianggapnya masalah gkan pernah terulang lagi. Itu kesimpulan yang kuambil darinya.

Selama ini aku hanya berusaha menjadi diriku sendiri dengan menyeimbangkan hati dan logika, prinsip2ku mengenai cinta, prinsip2ku membangun jodoh, sehingga yang timbul hanya kepercayaan terhadap hal2 yg sebatas mimpi indah.

Setelah pertemuan terakhirku dengannya 21 JUNI 2011, sangat keras kuyakinkan dia untuk tetap bertahan membangun segalanya bersamaku tapi sangat keras juga dia bekukan hatinya untuk membulatkan diri meninggalkanku tanpa dia tinggalkan setitik celahpun untuk ku, untuk hatiku. Hatinya sangat keras, sulitku menembusnya, bahkan dia sudah tdk menatapku lagi, tak mendengarku lagi. Akhirnya aku menyerah, karena sampe kapanpun batu yang bergesekan dengan batu hanya akan membuatnya menjadi runcing dan tak akan membuatnya menjadi pasir yang halus.

Tak pernah ku bayangkan hal ini terjadi,  dlu aku hanya menginginkan perpisahan yang manis sebelum aku pergi melaksanakan tugas pengabdianku sebagai mahasiswi pada masyarakat. Aku kumpulkan uangku untuk membuat sedikit pesta kecil dengannya, ku rencanakan berbagai tujuan yang ingin ku datangi dengannya. Tapi ternyata yang terjadi dia putuskan untuk berpisah denganku selamanya.

Semuanya tlah berakhir, walaupun sepihak tapi aku harus menerima. Aku harus menerima kekalahanku untuk mempertahankan segalanya. Aku harus mengahargai kekerasan hatinya agar hidupnya lebih bahagia.

Sekarang, aku harus jajahi hatiku dengan logikaku agar aku bisa seperti dirinya. Dirinya yang selalu ku banggakan atas kemandiriannya, atas tekad2nya, atas kegigihannya.

Jika hatiku terus-menerus menjajahi logikaku maka yang ada hanya membuat aku gila. Aku gmw hal itu terjadi padaku. Berjalan-jalan tanpa arah dengan menggunakan daster dan pandangan yang kosong. Aku masih harus melihat bunda, papa, dan kakakku. Mereka sangat mengharapkan kesuksesanku. Mereka yang selalu menyambutku dengan senyuman, mereka yang membiayaiku sekolah, mereka yang selalu menungguku. Aku gblh mengecewakan mereka.

Di usiaku yang ke-19 ini sangat banyak pelajaran hidup yang ku alami. Hanya dengan melihat keluargaku, ku yakin semuanya akan baik2 saja. Aku harus melangkah maju ke depan dengan logika yang menjajahi hati. Masa depanku masih panjang, semoga tuhan mengijinkanku untuk memperbaiki diriku sampai akhirnya ku dapatkan kebahagiaan yang abadi.

Tuhan, biarkan aku tetap berada disisi-Mu, dijalan-Mu. Agar aku bisa membuat keluargaku bahagia. Yakinkan aku untuk menyadari bahwa duniaku belum berakhir hanya dengan berpisah dengannya. Hilangkan rasa egois dalam diriku untuk memilikinya. Lapangkan dadaku dan bukakan logikaku yang harus berjalan sebagaimana mestinya. Ku yakin atas kuasa-Mu, yang kumiliki hanyalah diri-Mu, Tuhan.

This entry was posted in diary. Bookmark the permalink.

Leave a comment